HIDUP ADALAH PILIHAN
"Mempertimbangkan suatu hal atau pilihan bukan berarti lambat ataupun amatir" -VOLD-.Yaa kalimat inilah yang saya gunakan dan menjadi sebuah senjata ketika saya dihadapkan dengan sebuah pilihan. Terus terang buat saya sangat sulit untuk memilih sebuah pilihan, saya tidak mau cepat dan mudah untuk mengambil sebuah keputusan begitu saja. Butuh mental yang kuat dan pertimbangan yang tepat agar mencegah dari hal - hal yang tidak saya inginkan sehingga akan terjadinya minim resiko. Namun saya telah belajar dari sebuah pengalaman masa lalu. Saya memiliki solusi sendiri. Ketika dihadapkan dengan sebuah pilihan, saya selalu mencoba untuk berpikir, merenung, dan mengikuti intuisi. Itupun saya lakukan setelah sharing kepada kerabat dekat dan keluarga saya.
Maka saat itulah, hati saya tidak ada keraguan untuk melakukannya dan untuk melangkah ke depannya. Saat itu pula pilihan saya benar - benar sudah matang untuk memilihnya apa saja yang sudah saya tentukan. Dan saya pun siap untuk menanggung resikonya. Karena untuk menjadi lebih baik lagi, kita harus siap menerima setiap resikonya dengan pilihan yang telah kita ambil.
Hidup adalah tentang pilihan. Memang ketika memilih, tidak jarang kita diselimuti oleh keraguan. Yups karena setiap kali keputusan di ambil, pasti ada hikmah sekaligus resiko di baliknya. Jadi jangan ragu jika akhirnya kita membuat keputusan. Sebab tidak ada akan ada yang namanya pilihan paling benar. Ikuti kata hati saja, banyak orang yang menyesal karena merasa seharusnya mengambil keputusan lain.
Yaa ikuti kata hati (intuisi) saja, seperti judul artikel saya yang saya buat beberapa bulan yang lalu. Karena kebahagiaan dan kesuksesan itu kita yang menjalaninya, kita yang merasakannya, bukan orang lain. Disini bukan berarti mementingkan ke-egoisan, bukan tidak mau mendengarkan pendapat dan masukan dari orang lain. Memang untuk mendengarkan pendapat dan masukan dari orang lain tidak ada salahnya, toh selagi memang hal itu bersifat positif. Kenapa tidak, terima saja?. Namun perlu di telaah dan di pikir terlebih dahulu. Apakah pendapat atau masukan tersebut bermanfaat dan positif untuk diri kita sendiri di kemudian harinya atau tidak! dan perlu di telaah juga pilihan untuk diri kita sendiri beresiko fatal atau tidak untuk kedepannya ?
Berbicara hal ini, saya pun jadi teringat dengan kejadian dan pengalaman saya. Langsung saja yaa, ketika itu saya sempat di tawarkan oleh Pak Dian untuk bergabung di sebuah Hotel Harris Samarinda. Pak Dian ini merupakan Dept.Head saya sendiri ketika beliau masih di Harris Hotel Bekasi. Ia sendiri menjabat posisinya sebagai E.A.M (Executive Assistent Manager). Woww gokill yaa huahahehe, yaa begitulah. Yang pasti, saya sangat senang bisa bertemu dan kenal dekat dengan beliau. Menurut saya, beliau adalah seorang yang sangat berkarateristik.Yang memiliki jiwa kepimimpinan dengan versi beliau sendiri yaitu dengan jiwa yang tenang,bijak dan dekat dengan bawahannya, dalam artian beliau adalah seorang yang rendah hati dan tidak sungkan - sungkan untuk membantu bawahannya .
Oiya sebelumnya beliau juga sempat menjadi G.M (General Manager) di Fave Hotel kalo tidak salah di Negeri Jiran (Malaysia). Maka dengan pengalamannya serta jiwa kepemimpinnya inilah beliau sudah terbiasa menghadapi problema - problema yang ada dan yang paling saya sukai dari beliau itu, Dia adalah seorang yang mau menerima masukan atau saran dari bawahannya. Sehingga hampir semua bawahannya menyukai cara kepemimpinannya dengan karakter beliau sendiri.
Well lanjut bahas intuisi, yups betul banget waktu itu saya di tawarkan untuk satu Perusahaan lagi dengan beliau di Hotel Harris Samarinda. Dan ketika itu, saya sempat bimbang yaa galau gitu deh hehehe. Apalagi saya di sana di tawarkan sebuah jabatan untuk menjadi Supervisor. Akan tetapi salary (UMR) di sana jauh lebih rendah atau kecil di bandingkan di Hotel Harris Bekasi.Namun saya sempat menerima tawaran itu memang lebih memilih dalam segi pengalaman menjadi seorang Supervisor. Karena sebelumnya saya sudah berpikir dan mempertimbangkan dengan matang apapun resikonya.
Dan tak lupa juga saya sempatkan untuk bisa sharing bareng keluarga untuk soal kepindahan atau tranfer ke Hotel Harris Samarinda. Maka ketika itu saya sudah di izinkan dari keluarga dan saya pun sudah mengikuti apa kata hati (intuisi) saya. Namun Sang Maha Pencipta berkehendak lain, di saat detik - detik akhir mendekati Hotel mau opening. Jawaban dari pihak F.O.M Hotel Samarinda, betul -betul memupuskan harapan saya. Jawaban beliau tidak sama dan tidak satu pemikiran dengan Pak Dian. Padahal, keesokan hari sebelum saya di interview oleh F.O.M. Pak Dian berniat untuk memberikan surat kontrak kepada saya...to be continued !!!
Comments
Post a Comment