PENA DAN TINTA YANG BERBICARA
"Ilmu itu seperti binatang buruan, maka ikatlah ia dengan pena". (Imam Syafei)
Bisa di pastikan, jadi maksud dari kutipan di atas yaitu setiap ilmu, wawasan dan pengetahuan itu, agar selalu ingat dan terekam di memori otak kita. Maka dengan cara di catat atau di tulis ilmu tersebut. Karena bisa jadi, ilmu yang telah kita pelajari tanpa kita tulis itu akan lupa dengan sendirinya suatu saat. Percaya atau tidak, coba saja sendiri hehehe...!
Yang pasti, akan terasa lebih sempurna untuk mendapatkan ilmu dengan cara menulis. Maka sudah selayaknya ikatlah ilmu dengan pena yaitu menulis dan menulis. Menulis itu sebenarya nikmatnya luar biasa sekali. Karena dengan menulis kita bebas mau jadi apa saja. Seperti pepatah bijak "Lebih baik menjadi seekor burung yang terbang bebas dari pada seorang raja yang terbelenggu".
Karena menulis bisa saja mewarnai hidup kita. Menulis bisa mengingatkan diri sendiri, bisa berbagi pengalaman, bisa meng-ekspresikan perasaan. Menulis juga bisa jadi cara kita untuk menunjukan rasa syukur. Menulis bisa untuk memaknai hidup di dunia yang fana (sementara) ini. Menulis bisa untuk merapikan kenangan. Menulis bisa untuk suatu perubahan. Menulis bisa untuk menebar inspirasi, motivasi dan kebaikan.
Dan hal yang paling nikmat dalam menulis adalah ketika ide dan proses menulis itu mengalir begitu saja, kata demi kata terangkai, kalimat demi kalimat bergandengan hingga mempunyai makna yang luar biasa. Menulis bisa di katakan nikmatnya luar biasa, itu akan terasa jika kita terus menerus untuk melatih kegiatan tulis menulis, sehingga terkadang ide mengalir begitu saja tanpa adanya beban. Bebas, lepas tak terbatas.
Dan menulis bisa jadi senjata ampuh untuk para orang-orang yang tidak bisa menyampaikan pesan positif secara langsung kepada masyarakat umumnya. Jadi untuk menyampaikan sesuatu, mereka tidak harus selalu menggunakan dengan lisan melainkan dengan tulisan. Yaa seperti saya ini, yang sedang ber-orasi dengan cara lewat tulisan...hehehe.
Tulisan
Tangan yang akan bekerja lebih banyak.
Mata yang menatap lebih lama.
Pena dan kertas yang akan selalu menemani jari jemari.
Hati yang akan lebih berperan penting menyampaikan sebuah gagasan.
Serta tindakan, doa dan pengorbanan yang harus selalu diterapkan.
Best Regards
-Shagy Mutoherein-
Comments
Post a Comment